MENGUBAH CERPEN KOMPAS MENJADI NASKAH DRAMA



EYANG

Pengantar
Naskah drama ini diadaptasi dari cerita pendek berjudul Eyang karya Putu Wijaya

Di pekan lebaran yang terhimpit harga sembako yang naik, seorang Bos tiba-tiba menitipkan Eyang, ayah dari Bos, kepada salah satu bawahannya, lantaran Eyang tidak mau ikut berlibur dengan keluarganya. Sebagai anak buah ia langsung meng-iyakan permintaan si Bos. Di tengah kemelaratannya, ia berpikir sanggupkah keluarga miskinnya menghidupi Eyang di rumahnya dalam beberapa hari tanpa sangu dari Bos? Tapi Sang Maha Membolak-balikkan Nasib merubah realitas, hidup keluarga si anak buah berubah menjadi hidup mewah yang tak terbayang sebelumnya berkat kedatangan Eyang. Sampai tiba waktunya Eyang harus kembali, nasib melarat pun ikut kembali pada keluarganya dikarenakan prinsip sang anak buah yang tak ingin pamrih.


PETUNJUK SUTRADARA
SEBELUM LAYAR DIANGKAT, TERLEBIH DAHULU SUDAH TERDENGAR SUARA BEDUK BERSAHUT-SAHUTAN DIIRINGI SUARA TAKBIR BEBERAPA KALI SEBAGAI TANDA KALAU ESOK ADALAH HARI RAYA IDUL FITRI. SUARA BEDUG DAN TAKBIR SEBAIKNYA TERUS TERDENGAR DARI MULAI LAYAR DIANGKAT/SANDIWARA DIMULAI SAMPAI AKHIR PERTUNJUKKAN INI. KETIKA SANDIWARA DIMULAI/LAYAR PANGGUNG DIANGKAT, TAMPAK SEORANG LELAKI MEROGOH GAWAI YANG BERDERING DI SAKU CELANA KANAN

Situasi sesuai naskah:
DI TERAS RUMAH ANAK BUAH


001
ANAK BUAH
Halo, assalamualaikum bos! (sedikit terbata-bata)

002
BOS
Waalaikumsalam, mohon maaf lahir batin ya! (suara di balik panggung)

003
ANAK BUAH
Iya bos, saya juga, mohon maaf lahir batin. Ngomong-ngomong ada apa Bos? Kok tumben telpon (sambal tertawa grogi).

004
BOS
Gini, jadi sudah pasti, besok?

005
ANAK BUAH
Pasti Bos, sudah ketok palu.

006
BOS
Oke. Tapi kalian tidak kemana-mana seminggu ini, tidak mudik kan?

007
ANAK BUAH
Untuk apa harus mudik, Bos, hambur-hambur duit aja!

008
BOS
Oke, kalua begitu titip Eyang. Beliau tidak mau ikut tur ke China, katanya untuk apa ke sana, orang Tionghoanya malah ke Jawa. Nginap di hotel nggak mau, dititipin di super VIP Rumah Sakit bintang enam juga ogah. Maunya di rumahmu, katanya sudah kenal. Oke?!

PETUNJUK SUTRADARA
LAMPU KUNING MENYOROT BOS DAN EYANG DI SISI KANAN PANGGUNG

009
EYANG
Assalamualaikum

010
BOS
(mendekat ke telinga anak buah—berbisik) Heh ini titip Eyang ya. (kemudian mengeluarkan dompet)

011
ANAK BUAH
(menahan tangan Bos) Beres Bos, jangan ragu-ragu, kami akan jaga beliau, Bos berangkat saja. Kapan?

012
BOS
Ini sekarang langsung ke Cingkareng! Itu mobilku di depan gang.

013
ANAK BUAH
(tersenyum masam kemudian mengangguk-angguk)

014
BOS
Aku tinggal dulu ya, Eyang aku berangkat dulu. (salim pada Eyang) Dijaga baik-baik Eyang (melambaikan tangan ke arah anak buah sambil lalu)

015
ANAK BUAH
(melambaikan tangan ke arah Bos) Hati-hati Bos (sedikit berteriak). Mari Eyang, masuk. Maaf ya Eyang, berantakan.

016
EYANG
(tersenyum tulus sambil melangkah mengikuti anak buah)

Situasi Sesuai Naskah:
RUANG TAMU

017
ANAK BUAH
(Menyelinap ke kamar)

018
ISTRI
Silakan masuk Eyang (Gerakan mempersilakan). Maaf berantakan Eyang. (menggaruk belakang kepala)

019
EYANG
(tertawa kecil) Nggak apa-apa.

020
ISTRI
Dek, kak, ada Eyang ini, salim dulu. (berteriak ke arah anak-anak). Eyang saya tinggal sebentar ya. (menyelinap ke kamar).

021
EYANG, ANAK-ANAK
(Bercengkrama)

Situasi Sesuai Naskah:
DI KAMAR

022
ANAK BUAH
(membuka lemari, laci, bawah Kasur, mencari uang di setiap sudut kamar)

023
ISTRI
Dikasih berapa? (berbisik di telinga anak buah)

024
ANAK BUAH
Ssshhh (sedikit menggeleng-gelengkan kepala)

025
ISTRI
(melihat bingung—berjalan kembali ke ruang tamu)

026
ANAK BUAH
Untung masih ada jam Rolex. Walaupun ini kenang-kenangan studi banding ke Hongkong, yaudahlah nggak apa. (menghela nafas berat kemudian berlari kecil keluar rumah dari pintu belakang menuju ke pangkalan ojek)

Situasi Sesuai Naskah
PANGKALAN OJEK

027
ANAK BUAH
Hei, duit lu sekarang ada berapa Di?

028
KARDI
(memutar tas pinggangnya, dan mengeluarkan uang) 60 ribu aja.

029
ANAK BUAH
Di kantung celana dalammu, Bro! Ayo bantu aku. Ini soal harga diri!! (bahasa tubuh tergesah-gesah)

030
KARDI
Jancok! Sabar dong! (mengambil uang 250 ribu dari dalam dompet) nih! Jadi 310 ribu.

031
ANAK BUAH
Oke sip! Makasih ya Di. (berjalan kembali ke rumah sambil menggumam)

PETUNJUK SUTRADARA
LAMPU PERLAHAN MATI


032
ANAK BUAH
Ini cukup, setidaknya untuk hari ini. Besok urusan besok.

Situasi Sesuai Naskah
TERAS RUMAH ANAK BUAH

033
ISTRI
(Celingak-celinguk dengan muka takut campur panik beberapa detik kemudian terkejut melihat kedatangan anak buah) Eyang hilang, Bang!

034
ANAK BUAH
HA???? (Muka kaget lalu panik; bingung)

035
ISTRI
Tadi lagi beres-beres kamar untuk Eyang, kami lupa nggak memperhatikan. (berhenti sejenak) Jangan-jangan beliau tersinggung! Waktu kamarnya sudah siap, beliau kabur.

036
KAKAK
(berlari dari dalam rumah) Padahal tadi Eyang ikut bersihin kamar!

037
ADIK
(Berlari di belakang kakak, dengan muka polos dan bingung) Iya, bener Yah! Tadi Eyang juga nyanyi Apa-Apanya Dong! Eyang yang atur barang-barang. Tapi.. tapi.. terus.. hilang.

038
ANAK BUAH
(menghela nafas panjang) Sudah, sudah, tenang! Sekarang Ibu coba tanya-tanya ke tetangga, kakak sama adik coba cek deket-deket sini. Jangan jauh-jauh! Ayah akan telepon polisi.

039
KAKAK-ADIK
Oke Yah (bersamaan)

 PETUNJUK SUTRADARA
LAMPU DIMATIKAN PERLAHAN. DUA DETIK KEMUDIAN BACKSOUND DIKENCANGKAN. LAMPU MENYOROT KE RUANG TAMU SECARA PERLAHAN.
040
ANAK BUAH, ISTRI, ANAK-ANAK
(Duduk kelelahan di ruang tamu)

PETUNJUK SUTRADATRA
LAMPU RUANG MAKAN MENYALA

041
EYANG
Hee, ayo buruan! Nanti keburu dingin semua! (berteriak)

042
ANAK BUAH, ISTRI, ANAK-ANAK
(Saling tatap, kemudian berlari ke ruang makan)

043
EYANG
Ayo serbu saja, kalian sudah 30 hari kelaparan, kan?! (sambil terkekeh—duduk dan tersenyum melihat mereka makan)
Eyang belum pernah melihat orang menghargai makanan seperti kalian (sambil menepuk pundak anak-anak). Dada ini rasanya plong, hidangan tidak ada sisanya. Besok di samping dipesankan lagi yang lebih enak, Eyang juga akan masak resep tradisional warisan leluhur Eyang. Setuju?!

044
ANAK BUAH, ISTRI, ANAK-ANAK
Setujuuu!! (saling tatap dan tertawa)

045
EYANG
Setelah ini kita santai dulu ya!

046
ADIK
Oke Eyang!

PETUNJUK SUTRADARA
LAMPU RUANG MAKAN MATI. LAMPU MENYOROT RUANG TAMU

047
EYANG
Kita dengar musik yaa! (memasukkan tape ke radio)

PETUNJUK SUTRADARA
SUARA MUSIK DISKOTIK MENGALUN KENCANG.

048
EYANG, ANAK-ANAK
(berjoged)

049
ANAK BUAH, ISTRI
(duduk di kursi berdampingan)

050
ISTRI
(melihat  Eyang dan anak-anak kemudian memasang wajah tercengang)

051
ANAK BUAH
(berbisik ke istri) Makhluk apa ini? (hening sejenak kemudian menggeleng kecil lalu terkekeh perlahan) Eh, makhluk dari mana sekarang aku ini?

PETUNJUK SUTRADARA
LAMPU DIMATIKAN PERLAHAN

052
NARATOR
Tiga hari kemudian..

PETUNJUK SUTRADARA
SUARA AYAM BERKOKOK. LAMPU MENYOROT PERLAHAN DI TERAS RUMAH.

053
SOPIR
(mengetuk pintu)

054
EYANG
(membuka pintu dengan wajah sedikit kaget)

055
SOPIR
Bapak mendadak pulang karena dipanggil Presiden ke istana, dalam rangka perombakan susunan kabinet. Saya diperintahkan untuk menjemput Bapak.

056
EYANG
(diam menatap sopir, kemudian masuk ke dalam) Anak-anak ayo mandi dulu terus makan. Eyang sudah siapkan makanan di meja!

057
ANAK BUAH
(keluar setelah Eyang masuk rumah, berdiri di depan pintu kemudian menatap datar ke arah sopir)

058
SOPIR
Pak, tolong dibantu. Saya harus membawa Bapak pulang sekarang, Pak. Kalau tidak nanti bos datang sendiri kemari. (gerak tubuh memohon)

PETUNJUK SUTRADARA
SUARA GAWAI BERDERING

059
SOPIR
(merogoh saku untuk mengambil gawai lalu diberikan pada anak buah) Dari bos.

060
ANAK BUAH
(mengambil hp dari tangan sopir) Halo Bos, selamat datang kembali ke tanah air!

061
BOS
Heeee, Min! Tolong kirim Eyang pulang sekarang juga! Sekarang! Cepat! (intonasi tergesa-gesa—mematikan sambungan telepon)

062
ANAK BUAH
(mengembalikan gawai)

063
SOPIR
(sedikit membungkukkan badan, kemudian mengembalikan gawainya ke saku)

064
ANAK BUAH
(segera balik badan untuk bertemu Eyang)

065
EYANG
(sudah siap di belakang badan anak buah lengkap dengan barang-barangnya)

066
ANAK BUAH
(pandangan terperangah pada Eyang)

067
EYANG
Eyang pamit dulu (sambil memberikan koper ke sopir)

068
ANAK BUAH
Anak-anak Eyang mau pulang, sini pamit dulu! (berteriak ke arah dalam rumah)

069
ISTRI
(berjalan menuju samping anak buah—membantu Eyang)

070
ANAK-ANAK
(berlari—salim kepada Eyang) Hati-hati Eyang!! (melambaikan tangan—kemudian berlari masuk)

071
ANAK BUAH, ISTRI
(memberi salam pada Eyang secara bergantian)

072
EYANG
(berjalan menjauh dengan sedikit dibantu sopir)

073
ISTRI
(merogoh saku rok mengeluarkan amplop) Dari Eyang

074
ANAK BUAH
(menatap cuek)

075
ISTRI
Abang tahu jumlahnya?

076
ANAK BUAH
(diam melihat dengan tatapan tak peduli)

077
ISTRI
Setengah milyar!!


078
ANAK BUAH
(Kaget) Ha???!! Berapa?? 500 juta???

079
ISTRI
Iyaaa Bangg. Kata Eyang, ini duitnya sendiri yang ia tabung selama 20 tahun.

080
ANAK BUAH
Kemarikan amplop itu (mengambil paksa dari tangan istri). Kita tidak bisa menerima itu!

081
ISTRI
(berkacak pinggang dengan tatapan jengkel)

082
ANAK BUAH
Tidak! Kita tidak boleh menerima itu! Jangan menipu orangtua. Dia tidak sadar yang dilakukannya. Aku akan kembalikan besok di kantor, demi Tuhan jangan ikuti bisikan setan!

083
ISTRI
(menatap anak buah dengan tatapan aneh, kemudian menuju dapur)

084
ANAK BUAH
(masuk ke kamar, meletakkan amplop di tas kerja—duduk di kursi dekat meja kerja—tertidur)

PETUNJUK SUTRADARA
LAMPU MNYOROT KE TERAS RUMAH. BACKSOUND DRAMA DIPUTAR. PERCAKAPAN BERIKUT TANPA SUARA.

085
BOS, EYANG
 (mengetuk pintu)

086
BOS
(berbicara pada istri)

087
ISTRI
(masuk ke dalam rumah untuk mengambil amplop lalu memberikannya pada Bos. Istri mempersilakan Eyang masuk)

088
EYANG
(masuk ke dalam rumah)

089
BOS
(menyakukan amplop kemudian melambai ke Eyang lalu berjalan menjauh)

PETUNJUK SUTRADARA
BACKSOUND DIMATIKAN PERLAHAN. PERCAKAPAN BERIKUT MENGGUNAKAN SUARA. LAMPU KAMAR MENYALA.

090
ANAK BUAH
Ini berisik banget deh kakak sama adik. (terbangun dengan garuk-garuk kepala)

091
ISTRI
(masuk ke kamar menghampiri anak buah kemudian berbisik) Eyang kembali lagi. Bos sendiri yang mengantarkan. Katanya, Eyang betah di-wongkan di sini.

092
ANAK BUAH
Amplopnya?

093
ISTRI
Sudah kuambil dari tasnya Abang, lalu ku kembalikan pada Bos. Seperti perintah Abang.

094
ANAK BUAH
Bos sudah tau berapa isinya?

095
ISTRI
Belum

096
ANAK BUAH
Mestinya dikasih tau

097
ISTRI
(mengeluarkan amplop coklat dari saku rok) Tapi dia memberikan kita ini. (mengeluarkan uang dari dalam amplop)
098
ANAK BUAH
Hanya 300 ribu untuk mengurus Eyang selama seminggu?? (intonasi terperanjat)

099
ISTRI
Bukan seminggu. Sebulan! Eyang mau tinggal sama kita di sini selama sebulan!

100
ANAK BUAH
EDAN!! Bbm sekarang naik, ini Cuma cukup beli 4 kg bawang! (membanting uang ke Kasur)

101
ISTRI
Ssshhhtt! Sudahlah Bang, kan, kata Abang biasanya, duit bukan segala-galanya! (merapikan pakaian sambil berdiri di samping kasur). Aku tinggal dulu Bang! (melangkah menuju ruang tamu)

102
ANAK BUAH
Edan.. Edan.. Edan!! Pusing lagi, mikir lagi! Akan kubuktikan bahwa uang bukan segala-galanya!

PETUNJUK SUTRADARA
TIRAI DITUTUP PERLAHAN. LAMPU DIMATIKAN PERLAHAN.

TAMAT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku (Cerpen)

Rani, Manusia Ajaib yang Tidak Bisa Menangis (Cerpen)

Antologi Puisi (Bagian 5)