ARTIKEL PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA ACARA INI TALKSHOW “SULE KENA SERANGAN BALIK KEDUA DARI NAJWA SHIHAB” (2 MENIT PERTAMA)


Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman oleh mahasiswa terkait prinsip kerja sama. Penelitian ini menggunakan Teori Grice yaitu Prinsip Kerja Sama dan menggunakan penerapan Pelanggaran Maksim. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menambah wawasan, pemahaman, keilmuan, dan cara penerapan Prinsip Kerja Sama serta Pelanggaran Maksim dalam suatu kejadian tertentu. Tujuan yang berikutnya adalah untuk mendiskripsikan tindak tutur yang tidak sesuai dengan prinsip kerja Sama dalam Teori Grice.  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan media video berjudul Sule Kena Serangan Balik Kedua dari Najwa Shihab namun dispesifikasikan hanya pada dua menit pertama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan diskriptif dan pendekatan kualitatif.

Kata Kunci: Pelanggaran maksim, prinsip kerja sama, tindak tutur

Abstact

This research is motivated by the lack of understanding by students regarding the principle of cooperation. This research uses Grice's Theory, Principle of Cooperation and uses the application of Maximum Violation. The purpose of this research is to add insight, understanding, knowledge, and how to apply the Principle of Cooperation and Maximum Violations in a particular incident. The next goal is to describe speech acts that are not in accordance with the principle of cooperation in Grice's Theory. In this study, the authors used a video medium called Sule subjected to a Second Counterattack from Najwa Shihab but was specified only in the first two minutes. Suggestions used in this study are to discuss descriptive and obtain qualitative.

 

Keywords: Maximum violation, the principle of cooperation, speech acts

 


PENDAHULUAN

            Bahasa merupakan alat komunikasi universal namun dalam penerapannya, bahasa saja tidaklah cukup, harus disertai pula faktor pendukung yakni faktor konteks, dan pragmatik. Faktor konteks merupakan faktor alami yakni situasi selama melakukan komunikasi, sedangkan faktor pragmatik adalah faktor relevansi dalam berkomunikasi. Pragmatik merupakan sub-disiplin ilmu linguistik yang membahas kerelevanan bahasa khususnya dalam penggunaannya. Maka dari itu cabang ilmu tersebut sangatlah penting dalam kebahasaan. Dengan memahami serta mempelajari ilmu pragmatik, seseorang akan mempunyai pengetahuan tentang bahasa secara mendalam, tidak hanya sekadar penggunaannya dalam sehari-hari tapi juga terkait struktur, seluk-beluk, cara bahasa atau ujaran tersebut dipergunakan secara sesuai berdasarkan situasi yang sedang terjadi saat melangsungkan komunikasi. Berbeda pandangan dari segi bahasa, dalam perspektif dunia pendidikan, pragmatik juga dominan diajarkan, pada umumnya disebut sebagai pendekatan komunikasi. Tujuan yang ingin digapai bukanlah penguasaan oleh siswa akan tata bahasa atau bahkan struktur kebahasaan, melainkan kemampuan siswa dalam berbahasa saat melakukan komunikasi pada teman, Guru, dan masyarakat. Dalam pragmatik terdapat bagian yang paling penting peranannya dalam keberlangsungan komunikasi yakni implikatur percakapan. Implikatur percakapan merupakan konsep yang digunakan untuk menejelaskan perbedaan dari apa yang dikatakan dan apa implikasinya atau apa maksud tersirat dari perkataan (ujaran tersebut). Kegiatan berkomunikasi pada umumnya dapat berlangsung dengan baik dan lancar apabila semua penutur berkontribusi secara aktif dalam pelaksanaan komunikasi. Apabila dalam penerapannya terdapat salah satu penutur yang pasif, maka dapat dipastikan bahwa komunikasi tersebut tidaklah baik dan lancar. Semua penutur diharapkan saling bekerja sama dan terlibat aktif untuk mewujudkan komunikasi yang baik dan lancar. Dikaitkan dengan konsep prinsip kerja sama Grice, pembicaraan dalam konteks formal bisa menjadi wadah penerapan prinsip kerja sama tersebut dengan alasan percakapan formal membutuhkan dialog-dialog singkat, padat, dan menggunakan bahasa yang bersifat efektif dan efesien seperti pada maksim-maksim yang diutarakan Grice. Prinsip kerja sama Grice dibutuhkan untuk memudahkan komunikasi khususnya dalam penjelasan tiap percakapan saat berkomunikasi (komunikasi verbal). Percakapan dalam acara Ini Talkshow merupakan komunikasi verbal dalam kaitannya dengan interaksi sosial. Percakapan tersebut disebut sebagai wacana yakni peristiwa komunikasi dengan menggunakan bahasa antara penutur dan mitra tutur yang sifatnya resprokal bersemuka untuk tercapainya tujuan sosial. Tujuan sosial yang dimaksud adalah tujuan yang mengupayakan penutur serta mitra tutur mendapatkan pemahaman yang sama. Selain itu juga untuk menghindarkan kedua belah pihak dari kesalahpahaman yang menimbulkan konflik. Dalam wacana juga dilakukan kegiatan analisis wacana. Analisis Wacana adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan bahasa khususnya mengenai pemakaian bahasa. Terdapat tiga pandangan sebagai perwakilan terkait pernyataan bahasa yang berhubungan dengan analisis wacana. Pertama, padangan dari kaum positivisme-empiris yang berpendapat bahwa bahasa diumpamakan sebagai jembatan di antara manusia dan objek yang berada di luar dirinya. Pandangan yang kedua yakni berasal dari  kaum konstruktivisme. Pandangan ini dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Pandangan konstruktivisme tidak hanya memandang bahasa sebagai alat  yang berguna untuk memahami realitas objek dan yang dipisahkan dari subjek  sebagai penyampai pernyataan namun lebih dari itu, subjek dipandang sebagai  faktor penting  dalam kegiatan wacana sekaligus hubungan-hubungan sosialnya. Pandangan yang ketiga berasal dari kaum pandangan kritis. Pandangan kritis memiliki pandangan yang cukup ekstrem bila dibandingkan dua pandangan sebelumnya. Pandangan ini mengoreksi pendapat dari dua kaum sebelumnya, dan mempertegas dengan menekankan bahwa konstelasi kekuatan  yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Pandangan ini juga menolak konsep bahwa individu diibaratkan sebagai subjek yang netral karena sangat dipengaruhi dan berhubungan dengan kekuatan sosial yang ada di masyarakat. Dalam pandangan ini juga menolak pendapat bahwa bahasa dipandang sebagai medium netral yang terletak di luar pembicara, namun dianggap sebagai representasi yang memiliki peran  untuk membentuk subjek, tema, mau pun strategi tertentu. Oleh karena itu analisis wacana adalah sebuah analisis yang bertujuan membongkar maksud dan kuasa dalam sebuah wacana. Dalam analisis wacana terdapat beberapa teori, salah satu di antaranya adalah teori Grice yang kaitannya dengan prinsip kerja sama. Dalam prinsip kerja sama milik Grice terdapat maksim. Dikutip dari laman wikipedia.co.id maksim adalah sebuah prinsip yang harus dipahami oleh pihak-pihak, khususnya anatara penutur dan mitra penutur saat berkomunikasi agar proses komunikasi berjalan dengan baik. Dalam prinsip kerja sama Grice terdapat empat maksim: maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selama ini, penelitian mengenai pelaksanaan prinsip kerja sama dalam percakapan antar tokoh publik belum pernah dilakukan, mengingat banyaknya anak-anak di bawah umur yang meniru percakapan yang diucapkan oleh tokoh publik di televisi. Penelitian sejenis ini belum pernah dilakukan namun penelitian dengan masalah sejenis telah banyak dilakukan. Di antaranya berjudul PRINSIP KERJA SAMA PADA INI TALKSHOW DI NET TV DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP oleh Mustavida Sari (2017), penelitian PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PERCAKAPAN DALAM ACARA MATA NAJWA DI METRO TV oleh Afif Setiawan , Rokhmat Basuki , dan Ngudining Rahayu (2017), penelitian Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dalam Acara “Sentilan Sentilun” di Metro TV oleh Windy Estiningrum (2016). Ketiga penelitian tersebut berbeda dengan penelitian pengarang khususnya dari segi objek yang diteliti, dan konteks dari objek yang diteliti. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul  PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA ACARA INI TALKSHOW “SULE KENA SERANGAN BALIK KEDUA DARI NAJWA SHIHAB” (2 MENIT PERTAMA) menarik dan perlu untuk dilakukan. Berdasarkan latarbelakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yakni (1) Bagaimana penjelasan prinsip kerja sama Grice? (2) Bagaimana penerapan prinsip kerja sama Grice untuk menemukan pelanggaran maksim pada acara Ini Talkshow “SULE KENA SERANGAN BALIK KEDUA DARI NAJWA SHIHAB” (2 menit pertama).

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan penulis menggunakan data yang tampak atau sebenarnya untuk mendukung penyajian data. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penulis menekankan data yang sebenarnya (tampak) untuk mendukung penyajian data. Sedangkan metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan melakukan analisis dialog (ujaran) yang hal tersebut menjadi objek kajian analisis, sehingga nantinya dapat ditemukan pelanggaran-pelanggaran maksim, jenis tindak tutur, dan implikatur ujaran yang terdapat dalam acara Ini Talkshow.

Sumber data pada penelian ini adalah tuturan yang diucapkan oleh tokoh publik diantaranya Najwa Shihab, Sule, dan Andre dalam acara Ini Talkshow episode Sule Kena Serangan Balik Kedua dari Najwa Shihab yang diunduh dari media You Tube. Tahap-tahap dalam pengumpulan data dilakukan melalui metode simak-catat. Analisis data dalam penelitian ini mencakup tiga hal yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penjelasan Prinsip Kerja Sama Grice

Prinsip Kerja Sama Grice adalah prinsip kerja sama yang bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan dalam berkomunikasi dan menghindarkan keduabelah pihak (penutur dan mitra penutur) dari kesalahpahaman yang menimbulkan konflik. Teori prinsip kerja sama dalam ujaran dikemukakan oleh dua ahli yakni Grice dan Levinson Grice. Grice berpendapat bahwa prinsip kerja sama merupakan kaidah dalam bertutur. Sedangkan Levinson Grice berpendapat bahwa  prinsip kerja sama dan maksim-maksimnya dibuat untuk hal yang lebih spesifik yakni hal-hal yang dapat dilakukan oleh penutur agar dalam seseorang bertutur menggunakan cara yang rasional, efesien, dan tentunya kooperatif. Pada penelitian ini menggunakan acuan teori prinsip kerja sama Grice dikarenakan teori tersebut dapat dibilang sederhana, sehingga pengarang dapat mudah mengaplikasikan serta pembaca khususnya mahasiswa dapat juga dengan mudah memahami hasil penelitian wacana dialog ini.

Mengutip pendapat Grice, dalam tuturan, penutur tidak bisa hanya memiliki tujuan untuk memberi dampak tertentu pada pendengarnya melalui ujaran yang diutarakan. Oleh sebab itu, pendengar atau mitra tutur disarankan juga untuk (minimal) memiliki atau membuat asumsi bahwa penutur sedang bersikap penuh kerja sama dalam percakapan yang sedang terjadi. Karena apabila mitra tutur tidak berasumsi maka pendengar tidak akan menyentuh titik interpretasi maksud dari penutur.

Bentuk kerja sama akhirnya membentuk struktur kontribusi dari penutur juga mitra tutur sendiri terhadap percakapan yang berlangsung dan bagaimana kita (baca: penutur dan mitra tutur) sendiri terhadap percakapan dan bagaimana kita mulai bisa melakukan interpretasi terkait kontribusi orang lain. Dalam prinsip kerja sama terdapat empat maksim di antaranya:

1. Maksim Kuantitas

Pada maksim ini, diharapkan penutur dan mitra tutur dapat memberikan kontribusi yang dapat memberikan informasi sebagaiman yang diperlukan oleh lawan bicara dengan kata lain jadilah penutur yang informatif secara secukupnya dengan tujuan pertukaran percakapan yang ada dan diharapkan jangan memberikan kontribusi informasi bertele-tele atau lebih dari yang dibutuhkan.

2. Maksim kualitas

Dalam maksim kualitas diharapkan penutur dan mitra tutur dapat memberi informasi yang benar, maksudnya adalah dalam sebuah percakapan tidak mengatakan sesuatu yang diyakini salah, tidak mengatakan sesuatu yang bila dibuktikan penutur dan mitra tutur tidak memiliki bukti yang cukup dan memadahi.

3. Maksim Relevansi

Dalam maksim relevansi, diharapkan penutur dan mitra tutur dapat berujar dan menjadikan setiap dialog relevan bila dikaitkan satu dan yang lain.

4. Maksim Cara

Pada maksim cara, diharapkan penutur dan juga mitra tutur dapat bersikap yang mudah dipahami, khsusnya untuk tidak memberikan ketidakjelasan, untuk menghindari ketaksaan atau keambiguitasan, jangan berbelit-belit, dan bersikaplah teratur.

Sedangkan tindak tutur dibagi menjadi lima jenis, di antaranya:

1)        Representatif

Representatif adalah jenis tindak tutur yang mengikat penutur atas kebenaran terkait hal yang diucapkannya. Sebutan lain untuk tindak tutur ini adalah tindak tutur asertif. Jenis tindak tutur ini mencakup tindakan yang bersifat menyatakan, menuntut, mengakui, memberikan kesaksian, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, dan berspekulasi. Contoh dari jenis tindak tutur representatif adalah kakak selalu berprestasi kalimat tersebut termasuk jenis tindak tutur representatif karena tuturan tersebut berisi sebuah informasi yang penuturnya terikat oleh kebenaran dari ujaran tersebut.

2)        Direktif

Tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang menuntut atau membuat mitra tutur untuk menuruti ujaran dari penutur. Sebutan lain dari tindak tutur direktif adalah tindak tutur impositif. Tindak tutur direktif bersifat meminta, mengajak, memaksa, mendesak, menagih, menyarankan, memohon, menantang, memerintah, dan memberi aba-aba. Contoh dari jenis tindak tutur ini adalah tolong aku membersihkan ruangan ini. Kalimat tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif karena terdapat implikatur bahwa mitra tutur disarankan untuk membantu si penutur.

3)        Ekspresif

Tindak tutur ekspresif atau tindak tutur evaluatif adalah jenis tindak tutur yang memiliki maksud bahwa penutur berujar dapat dievaluasi oleh pendengar atau mitra tutur. Tindak tutur ekspresif mencakup tuturan terimakasih, ucapan selamat, mengeluh, memuji, menyanjung, mengritik, dan menyalahkan. Contoh tuturan dari tindak tutur ekspresif adalah hari ini panas sekali. Kalimat tersebut berimplikatur mengeluh jadi dapat dikategorikan sebagai jenis tindak tutur ekspresif.

4)        Komisif

Komisif merupakan jenis tindak tutur yang mirip dengan jenis tindak tutur direktif. Tindak tutur komisif mengikat si penutur untuk melaksanakan segala hal yang telah diucapkannya. Tindakan yang termasuk dalam tindak tutur komisif adalah tindakan berjani, bersumpah, mengancam, berkaul, dan menyatakan kesanggupan. Contoh kalimat yang termasuk dalam tindak tutur komisif adalah Saya bersumpah tidak akan mengulangi kecerobohan saya lagi. Tindakan atau kalimat tersebut termasuk dalam tindak tutur komisif karena melakukan tindakan bersumpah dan berimplikatur menyatakan sebuah kesanggupan atau janji.

5)        Deklarasi

Deklarasi merupakan jenis tindak tutur yang memiliki maksud si penutur dituntut untuk menciptakan sesuatu, misalnya terkait status, keadaan, dan lain sebagainya) yang baru. Sebutan lain tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur isbati. Tindakan yang termasuk dalam jenis tindak tutur ini adalah memutuskan, membatalkan, mengesankan, mengampuni, mengangkat, memaafkan, mengabulkan, dan mengizinkan. Contoh dari tindak tutur deklarasi adalah Ayah memaafkan kesalahan kakak. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai tindak tutur deklarasi karena kalimat tersebut berisi tindakan memaafkan.

Analisis Pelanggaran Maksim

            Transkip dialog

Sule: Bagaimana cara Anda menerapkan pada masyarakat Anda ini sebagai Najwa Shihab?

Najwa: Ah gak paham pertanyaannya apasih menerapkan pada masyarakat Anda Najwa Shihab, mas, ada yang paham nggak pertanyaannya apa? Coba, penonton juga ga paham, coba diulangi dulu.

Sule: Maksud saya, Anda kok bisa mendapatkan karakter yang begitu hebat di masyarakat? Bagaimana itu Anda mendapat karakter yang tegas seperti itu, maksud saya, silahkan

Najwa: Apa ya, Bukan karakter sih, kan bukan main film. Kalo Maksudnya kan kalo pembawa acara siapapun itu, mau host, mau Feni si Rose, Dedi ko-bulet itu muncul, Jadi kalo muncul di acara apalagi acara yang ada embel-embel nama ya dia menjadi dirinya sendiri, jadi bukan karakternya

Sule: Tapi..

Najwa: Tapi bukan-bukan permainan, saya ngga terima kalo Anda bilang saya ini permainan, ini bukan karakter, ini betul-betul saya seperti ini

Sule: Sabar, kita rehat dulu. Oh belum ya?

Najwa: Pertanyaannya gak jelas terus, dia harus jelas dong

Sule: Ok, ya maksud saya kalo saya menonton itu ya di salah satu televisi, Anda kok tidak pernah kalah dalam ngomong, kenapa?

Najwa: Lah ini salah lagi nih kang Dedy.

Andre: Salah salah.

Najwa: Salah kan? Iya kan Dedi? Kan Dedi ko-bulet?

Andre: Jadi begini mang Oding

Sule: Kita rehat dulu

1. Pelanggaran maksim kuantitas

            Tuturan 1

            Najwa: Ah gak paham pertanyaannya apasih menerapkan pada masyarakat Anda Najwa Shihab, mas, ada yang paham nggak pertanyaannya apa? Coba, penonton juga ga paham, coba diulangi dulu.

            Konteks pada tuturan tersebut yakni Najwa tidak paham terkait pertanyaan yang disampaikan oleh Sule kepada dirinya.

            Ujaran yang disampaikan oleh Najwa pada tulisan yang dicetak tebal merupakan pelanggaran maksim kuantitatif karena pada ujaran tersebut Najwa membentuk sebuah kalimat yang diulang-ulang dan terkesan bertele-tele. Jenis tindak tutur pada ujaran tersebut adalah tindak tutur representative (asertif) dikarenakan ujaran yang dilontarkan oleh Najwa bersifat menuntut, dan mengikat pendengar untuk menuruti kebenaran yang ia ucapkan. Maksud tuturan pada ujaran di atas adalah Najwa tengah menuduh bahwa pernyataan yang terkemas dalam pertanyaan Sule tidak relevan atau tidak jelas.

            Tuturan 2

            Sule: Maksud saya, Anda kok bisa mendapatkan karakter yang begitu hebat di masyarakat? Bagaimana itu Anda mendapat karakter yang tegas seperti itu, maksud saya, silahkan

            Konteks dalam ujaran tersebut adalah Sule yang menerangkan atau memberi penjelasan ulang terkait pertanyaan yang sebelumnya ia tanyakan pada Najwa.

            Ujaran yang disampaikan oleh Sule pada tulisan yang dicetak tebal tersebut merupakan pelanggaran maksim kuantitas dikarenakan dalam ujaran tersebut terdapat kata yang diulang yaitu kata ‘maksud saya’ sehingga menyebabkan kalimat tersebut terdengar tidak efesien. Jenis tindak tutur pada ujaran tersebut adalah tindak tutur deklarasi dikarenakan dalam tuturan tersebut Sule mendeklarasikan suatu keadaan yang dirasa Sule sedang terjadi pada Najwa Shihab. Implikatur tuturan yang terdapat dalam ujaran tersebut adalah Sule ingin mengetahui rahasia kehebatan dari karakter Najwa Shihab yang tegas dan hebat saat berada dalam acaranya di televisi.

            Tuturan 3

            Najwa: Tapi bukan-bukan permainan, saya ngga terima kalo Anda bilang saya ini permainan, ini bukan karakter, ini betul-betul saya seperti ini

            Konteks dalam ujaran tersebut adalah Najwa shihab menyanggah klarifikasi pertanyaan dari Sule

            Ujaran yang dikemukakan oleh Najwa pada tulisan yang dicetak tebal termasuk dalam pelanggaran maksim kuantitatif dikarenakan terdapat kata ‘bukan’ yang mendapatkan proses reduplikasi sehingga membuat pernyataan tersebut menjadi bertele-tele. Jenis tindak tutur pada ujaran tersebut adalah tindak tutur jenis asertif karena dalam ujaran tersebut Najwa menyatakan dan menunjukkan keorisinalan dirinya. Hal implisit dalam ujaran tersebut adalah Najwa menuntut mitra tutur untuk mengakui keberadaan dirinya dari yang telah ia sampaikan.

            Tuturan 4

            Najwa: Pertanyaannya gak jelas terus, dia harus jelas dong

            Konteks dalam ujaran tersebut adalah Najwa mempertanyakan kembali maksud dari pertanyaan Sule kepada dirinya.

            Ujaran yang diucapkan oleh Najwa pada tulisan yang dicetak tebal tersebut merupakan pelanggaran maksim kuantitatif karena kalimat tersebut berbelit-belit. Ujaran tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif, selain dikarenakan Najwa menggunakan diksi ‘harus jelas dong’ juga nada yang ia pilih juga naik jadi termasuk pernyataan yang menuduh. Implikatur dalam peristiwa tersebut adalah Najwa tidak terima terkait klarifikasi penjelasan pertanyaan Sule di awal percakapan terhadap Najwa. Najwa ingin Sule membuat pertanyaannya menjadi jelas dan detail.

            Tuturan 5

            Sule: Ok, ya maksud saya kalo saya menonton itu ya di salah satu televisi, Anda kok tidak pernah kalah dalam ngomong, kenapa?

            Konteks dalam ujaran tersebut adalah Sule kembali menjelaskan pertanyaan yang ia lontarkan kepada Najwa Shihab.

            Ujaran yang dikemukakan oleh Sule pada tulisan yang bercetak tebal merupakan pelanggaran dalam maksim kuantitatif karena kalimat yang diucapkan Sule mengandung terlalu banyak kata ‘ya’ sehingga terdengar bertele-tele dan tidak efesien. Ujaran tersebut dikategorikan dalam jenis tindak tutur asertif karena dalam ujaran tersebut Sule menyatakan dan mengakui kemampuan Najwa Shihab. Implikatur peristiwa dalam ujaran tersebut yakni Sule mengakui kehebatan dan kemampuan bicara Najwa Shihab saat berada pada acara televisi yang dipegang oleh Najwa sendiri, di sisi lain, Sule juga masih menanyakan perihal rahasia kemampuan Najwa Shihab tersebut.

2. Pelanggaran maksim kualitas

            Tuturan 1

            Sule: Bagaimana cara Anda menerapkan pada masyarakat Anda ini sebagai Najwa Shihab?

            Konteks dalam ujaran tersebut yaitu Sule bertanya kepada Najwa Shihab

            Ujaran yang dikemukakan Sule pada tulisan yang dicetak tebal termasuk dalam pelanggaran maksim kualitas dikarenakan pertanyaan yang ia lontarkan tidak berdasar dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Jenis tindak tutur yang terdapat dalam ujaran tersebut adalah tindak tutur representatif dikarenakan dalam kalimat tersebut mengatakan sebuah kalimat yang mengandung kesaksian namun dikemas menjadi pertanyaan yang mempertanyakan sebuah kesaksian tersebut. Implikatur kejadian dalam peristiwa di atas adalah Sule ingin mempertanyakan kiat-kiat Najwa Shihab dalam membangun jati dirinya dalam masyarakat.

            Tuturan 2

            Najwa: Tapi bukan-bukan permainan, saya ngga terima kalo Anda bilang saya ini permainan, ini bukan karakter, ini betul-betul saya seperti ini

            Konteks dalam ujaran tersebut adalah konteks sanggahan lelucon untuk memancing penonton, terkait akan hal tersebut Najwa menyanggah penjelasan dari Sule.

            Ujaran yang diucapkan oleh Najwa Shihab pada tulisan tebal tersebut dimasukkan dalam pelanggaran maksim kualitas karena pernyataan tersebut tidak diyakini salah karena konteks sanggahan berada dalam situasi komedi, dan Najwa juga tidak memiliki bukti yang cukup bahwa Sule menuduh dia seperti karakter di film. Tindak tutur yang terdapat dalam ujaran tersebut adalah tindak tutur asertif dikarenakan ujaran itu menunjukkan bahwa Najwa seolah-olah menuduh dan menuntut Sule. Implikatur yang terdapat dalam dialog itu adalah Najwa menolak dan menyanggah tanggapan Sule perihal dirinya, Najwa tengah mempertahankan eksistensinya.

            Tuturan 3

            Andre: Jadi begini mang Oding

            Ujaran tersebut terdapat dalam konteks Andre menjadi penengah dalam perbicangan Najwa dan Sule.

            Ucapan Andre pada tulisan yang dicetak tebal tersebut termasuk dalam pelanggaran maksim kualitas karena pernyataan tersebut tidak dapat dikatakan benar dan juga tak memiliki bukti yang valid terkait ‘Mang Oding’ karena dalam percakapan tersebut hanya ada Sule, Najwa, dan Andre. Tindak tutur yang terdapat dalam ujaran tersebut yakni tindak tutur deklarasi karena diksi ‘jadi begini’ adalah diksi untuk menciptakan atau menjelaskan kembali suatu hal. Implikatur dalam dialog tersebut adalah Andre ingin menengahi debat kusir antara Najwa dan Sule.

3. Pelanggaran Maksim Relevansi

            Sule: Bagaimana cara Anda menerapkan pada masyarakat Anda ini sebagai Najwa Shihab?

Najwa: Ah gak paham pertanyaannya apasih menerapkan pada masyarakat Anda Najwa Shihab, mas, ada yang paham nggak pertanyaannya apa? Coba, penonton juga ga paham, coba diulangi dulu.

Sule: Maksud saya, Anda kok bisa mendapatkan karakter yang begitu hebat di masyarakat? Bagaimana itu Anda mendapat karakter yang tegas seperti itu, maksud saya, silahkan

Najwa: Apa ya, Bukan karakter sih, kan bukan main film. Kalo Maksudnya kan kalo pembawa acara siapapun itu, mau host, mau Feni si Rose, Dedi ko-bulet itu muncul, Jadi kalo muncul di acara apalagi acara yang ada embel-embel nama ya dia menjadi dirinya sendiri, jadi bukan karakternya

Sule: Tapi..

Najwa: Tapi bukan-bukan permainan, saya ngga terima kalo Anda bilang saya ini permainan, ini bukan karakter, ini betul-betul saya seperti ini

Sule: Sabar, kita rehat dulu. Oh belum ya?

Najwa: Pertanyaannya gak jelas terus, dia harus jelas dong

            Konteks dalam percakapan tersebut adalah santai di sebuah acara televisi, Sule sebagai pembawa dalam acara tersebut sedang bertanya kepada Najwa Shihab yang berposisi sebagai bintang tamu.

            Percakapan antara Sule dan Najwa dalam kutipan di atas termasuk pelanggaran relevansi. Dalam percakapan tersebut, teks bercetak tebal adalah kalimat-kalimat yang tidak relevan dengan kalimat atau pernyataan sebelumnya. Tindak tutur pada ujaran-ujaran tersebut termasuk dalam jenis tindak tutur representative atau asertif karena ujaran tersebut termasuk menuntut, dan mendesak. Implikatur dalam ujaran tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

4. Pelanggaran Maksim Cara

            Pada dialog percakapan tersebut tidak ada pelanggaran maksim cara.

PENUTUP

            Analisis menggunakan Teori Grice: Prinsip Kerja Sama dapat diaplikasikan ke berbagai model wacana, bahkan pada percakapan antar tokoh publik dalam acara talkshow sekalipun. Dalam wacana kita mengenal pelanggaran maksim, dan setelah melakukan analisis terhadap percakapan ujaran antara Najwa Shihab, Sule, dan Andre, dari sini kita dapat simpulkan bahwa tidak hanya masyarakat awam yang melakukan pelanggaran maksim saat berbicara, bahkan tokoh publik juga dapat keliru sehingga melanggar maksim.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, Vella Lutvatul. 2018. PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA GRICE DALAM KUMPULAN CERPEN TAWA GADIS PADANG SAMPAH KARYA AHMAD TOHARI. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

 

Samosir, Astuti. 2015. “PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT)”. Jurnal Ranah, (online), Jilid 4, No. 2,

(https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jurnal_ranah/article/view/30) diakses 29 Oktober 2019.

 

Sari, Ni Wayan Eminda. 2013. “PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI”, Jurnal Santiaji Pendidikan, (online), Jilid 3, No. 2, (http://ojs.unmas.ac.id/index.php?journal=JSP&page=article&op=view&path%5B%5D=19) diakses 29 Oktober 2019.

 

Arta, I Made Rai. 2016. “Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik”, Jurnal Palapa, (online), Jilid 4, No. 2, (https://ejournal.stitpn.ac.id/) diakses 29 Oktober 2019.

 

Sulistyowati, Winda. “PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM FILM PETUALANGAN SHERINA KARYA RIRI RIZA”, Junal Skriptorium, (online), Jilid 2, No. 2, (http://repository.unair.ac.id/27277/) diakses 29 Oktober 2019.

 

Terang, Gemintang. Contoh Analisis Wacana: Pelanggaran Maksim pada Acara Katakan Putus. (http://gemintangterterang.blogspot.com/2017/02/contoh-analisis-wacana-pelanggaran.html) diakses 28 Oktober 2019.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku (Cerpen)

Rani, Manusia Ajaib yang Tidak Bisa Menangis (Cerpen)

Antologi Puisi (Bagian 5)