IDENTIFIKASI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ROMAN PICISAN OLEH DEWA 19



IDENTIFIKASI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ROMAN PICISAN OLEH DEWA 19

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Apresiasi Puisi 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

      Majas adalah sebuah bentuk dari gaya bahasa yang umumnya membangun kesan estetik dalam suatu karya. Majas lebih sering dijumpai dalam membangun nilai keindahan pada karya sastra berupa puisi. Puisi lebih sering menggunakan majas daripada karya sastra lainnya karena ciri khas puisi adalah indah dan tersirat. Di Indonesia, banyak peneliti yang menggunakan metode-metode maupun pendekatan untuk menganalisis majas dalam puisi. Namun, bagaimana dengan karya sastra lainnya?

            Pemilihan lirik lagu sebagai objek kajian dalam penelitian ini dikarenakan unsur yang ada pada puisi dan lirik lagu dianggap mirip. Luxemburg (1984) dalam bukunya menyatakan  bahwa teks puisi tidak hanya mencakup jenis sastra , tapi puisi merupakan ungkapan yang bersifat pepatah, iklan, pesan, syair lagu pop, semboyan politik dan juga doa. Dalam penelitian ini, digunakan lirik lagu Roman Picisan yang dinyanyikan oleh Dewa19 dan dirilis pada tahun 2000.

 

1.2 Fokus Penelitian

1. Definisi dan penjelasan tentang majas

2. Jenis-jenis majas.

3. Identifikasi majas pada lirik lagu Roman Picisan.

 

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi majas

2. untuk mengetahui jenis-jenis majas

3. untuk mengetahui varian majas yang terdapat pada lirik lagu Roman Picisan

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Pada bab ini akan dibahas jenis majas yang ada dalam lirik lagu Roman Picisan oleh Dewa19 sesuai dengan fokus penelitian, yaitu majas penegasan, majas sindiran, majas perbandingan, dan majas pertentangan.

 

2.1 Definisi Majas

Menurut Ratna (2009: 164) Majas adalah unsur penunjang gaya bahasa. Sedikit berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Abram (dalam Tjahjono, 2011: 54) majas merupakan pergantian arti yang diperoleh dari pemahaman makna standar sehingga diperoleh makna baru. Pendapat yang ketiga, menurut H.B Jassin (dalam Tjahjono, 2011: 56) mengemukakan bahwa majas merupakan perihal memilih serta menggunakan kata seturut dengan isi yang hendak disampaikan.

Dari ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik satu garis besar bahwa majas adalah bagian dari gaya bahasa yang menimbulkan makna baru berdasar makna yang telah ada.

2.2 Jenis-Jenis Majas

            Dalam buku Mendaki Gunung Puisi ke Arah Kegiatan Puisi karya Tjahjono, dituliskan ada empat jenis majas besar, di antaranya yakni, majas penegasan, majas pertentangan, majas perbandingan, dan juga majas sindiran. Majas besar tersebut kemudian dibagi lagi dalam bagian-bagian yang lebih rinci.

2.2.1 Majas Penegasan

            Majas penegasan adalah majas yang memberikan suatu penekanan pada sebuah pengertian dan atau ungkapan (Tjahjono, 2011: 73). Majas penegasan kemudian dibagi menjadi bagian-bagian kecil sejumlah 23 majas (Ernawati, 2014: 17-28) di antaranya, majas apofasis, majas pleonasme, majas inversi, majas aliterasi, majas repetisi, majas tautologi, majas pararelisme, majas retoris, majas praterito, majas silepsis, majas interupsi, majas alonim, majas enomerasio, majas eklamasio, majas klimaks, majas antiklimaks, majas koreksio, majas antanaklasis, majas ellipsis, majas pararima, majas asindenton, majas simetri, dan majas polisindeton.

2.2.2 Majas Pertentangan

            Majas pertentangan adalah majas yang menggambarkan situasi atau keadaan yang bertentangan terkait suatu hal untuk menunjukkan suatu maksud (Tjahjono, 2011: 89). Menurut Ernawati (2014: 17-28), majas pertentangan dibagi lagi menjadi enam majas kecil yaitu, majas okupasi, majas anakronisme, majas anthitesis, majas oksimoron, majas kontradiksi interminus, dan majas paradoks.

2.2.3 Majas Perbandingan

            Majas perbandingan ialah majas yang paling sering digunakan dan dijumpai dalam puisi. Majas perbandingan adalah majas yang bertujuan untuk memberi gambaran dengan membandingkan suatu hal dengan hal yang lain (yang berbeda). Majas ini kemudian dibagi lagi menjadi 17 majas kecil, di antaranya, majas kiasmus, majas simbolik, majas metafora, majas simile, majas sinestia, majas metonimia, majas alegori, majas alusio, majas antropomorfisme, majas antonomasia, majas litotes, majas hiperbola, majas sinekdoke, majas personifikasi, majas perifrase, majas hipokorisme, dan majas eufisme (Waridah, 2014: 5-16).

2.2.4 Majas Sindiran

            Majas sindiran adalah majas yang menggambarkan situasi menyindir, sindiran di sini dari tahap sindiran halus yang bersifat gurauan hingga sindiran serius. Menurut Waridah (2014: 29-31) majas sindiran kemudian dibagi lagi menjadi lima yaitu, majas ironi, majas sinisme, majas sarkasme, majas innuendo, dan majas antifrasis.

2.3 Identifikasi Majas dalam Lirik Lagu Roman Picisan

Identifikasi majas dalam lirik lagu Roman Picisan menggunakan empat majas besar, yaitu majas penegasan, majas, perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran.

2.3.1 Lirik Lagu Roman Picisan

Tatap matamu bagai busur panah           

Yang kau lepaskan ke jantung hatiku
Meski kau simpan cintamu masih
Tetap nafasku wangi hiasi suasana                     

Saat kau kecup manis bibirmu

Cintaku tak harus miliki dirimu
Meski perih mengiris-iris segala janji                  

Aku berdansa di ujung gelisah                            
Diiringi syahdu lembut lakumu                           

Kau sebar benih anggun jiwamu
Namun kau tiada
Menuai buah cintaku                                             
Yang ada hanya sekuntum rindu

Cintaku tak harus miliki dirimu
Meski perih mengiris-iris segala janji

Malam-malamku bagai malam seribu bintang
Yang terbentang di angkasa bila kau di sini
'Tuk sekedar menemani, 'tuk melintasi wangi
Yang selalu tersaji di satu sisi hati

2.3.2 Majas Perbandingan

Dengan menggunakan dasar hasil analisis, terdapat lima jenis majas perbandingan dalam lirik lagu Roman Picisan, yaitu majas asosiasi, majas metafora, majas personifikasi, majas sinestia, dan majas prolepsis.

Majas Asosiasi

Dalam lirik lagu Roman Picisan, terdapat dua majas asosiasi. Berikut data majas asosiasi dalam lirik lagu Roman Picisan.

Tatap matamu bagai busur panah

Malam-malamku bagai malam seribu bintang

Dalam data di atas terdapat majas asosiasi yang dibuktikan oleh adanya kata ‘bagai’ pada masing-masing larik. Kata ‘bagai’ merupakan ciri khas dari majas asosiasi, dan keterangan setelah kata tersebut adalah kiasan yang bila diartikan secara keseluruhan adalah bermakna implisit.

Majas Metafora

            Dalam lirik lagu Roman Picisan, terdapat dua majas metafora. Berikut data majas metafora dalam lirik lagu Roman Picisan.

            Yang kau lepaskan ke jantung hatiku

            Menuai buah cintaku

            Dalam data di atas terdapat dua majas metafora, yakni pada frasa jantung hati dan buah cinta. Hal ini sesuai dengan pengertian majas metafora yaitu majas perbandingan langsung atas dasar sifat yang sama. Jantung hati pada larik tersebut merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang dicinta. Sedangkan buah cinta adalah sebutan yang menggambarkan cinta sejati atau cinta yang begitu besar.

Majas Personifikasi

            Dalam lirik lagu Roman Picisan, terdapat dua majas personifikasi. Berikut data majas personifikasi dalam lirik lagu Roman Picisan.

            Tetap nafasku wangi hiasi suasana

            Meski perih mengiris-iris segala janji

            Dalam data di atas terdapat dua majas personifikasi. Larik pertama ditandai oleh wangi hiasi, dua kata tersebut berarti wangi yang adalah benda mati dapat melakukan hal yaitu hiasi atau menghiasi yang notabene hanya bisa dilakukan oleh manusia. Pada data larik berikutnya terdapat frasa perih mengiris. Perih dalam klausa ini menjadi nomina yang dapat melakukan hal yaitu mengiris. Sedangkan kegiatan mengiris hanya bisa dilakukan oleh manusia.

Majas Sinestesia

            Dalam lirik lagu Roman Picisan, terdapat dua majas sinestesia. Berikut data majas sinestesia dalam lirik lagu Roman Picisan.

            Saat kau kecup manis bibirmu

            Diiringi syahdu lembut lakumu

            Dalam data di atas terdapat dua majas sinestesia. Pada data larik pertama terdapat frasa manis bibirmu. Manis bibirmu pada kenyataan adalah tidak sesuai karena bagian perasa pada manusia adalah lidah. Pada data larik kedua terdapat frasa syahdu lembut lakumu. Sedangkan sesuatu yang syahdu adalah suara, dan sesuatu yang lembut adalah rasa yang berkaitan dengan media merabah atau sentuhan. Jadi kata syahdu dan lembut tidak sesuai bila dikaitkan dengan laku. Namun pada majas sinestesia, hal ini berterima dikarenakan definisi dari majas sinestesia adalah majas yang menggambarkan pertukaran indera seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Majas Prolepsis

            Dalam lirik lagu Roman Picisan terdapat satu majas prolepsis. Berikut data majas prolepsis dalam lirik lagu Roman Picisan.

            Yang terbentang di angkasa bila kau di sini

            Dalam data tersebut terdapat satu majas prolepsis. Pembuktian data ditandai dengan frassa bila kau di sini. Hal ini sesuai dengan majas prolepsis atau majas antisipasi yaitu gaya bahasa yang adalah pengandaian sebab-akibat atau menggambarkan situasi yang akan terjadi.

2.3.3 Majas pertentangan

            Dengan berdasar hasil analisis, terdapat satu majas pertentangan dalam lirik lagu Roman Picisan, yaitu majas paradoks.

Majas Paradoks

            Dalam lirik lagu Roman Picisan terdapat satu majas paradoks. Berikut data majas paradoks dalam lirik lagu Roman Picisan.

            Aku berdansa di ujung gelisah

            Dalam data tersebut terdapat satu majas paradoks. Dikatakan paradoks sebab menggambarkan dua situasi yang bertentangan. Frasa aku berdansa menunjukkan situasi yang positif atau senang sedang frasa akhir yakni di ujung gelisah menggambarkan situasi yang negatif atau gelisah.

2.3.4 Majas Penegasan

            Dalam lirik lagu Roman Picisan tidak terdapat majas penegasan.

2.3.5 Majas Sindiran

            Dalam lirik lagu Roman Picisan tidak terdapat majas sindiran.


BAB III

PENUTUP

 

3.1 Simpulan

            Berdasarkan analisis yang telah dibahas pada BAB II, dapat disimpulkan bahwa majas dalam lirik lagu Roman Picisan terdapat enam majas yang terbagi dalam dua majas besar yaitu majas perbandingan dan majas pertentangan. Sedangkan majas sindiran dan majas penegasan tidak ditemukan dalam lirik lagu Roman Picisan.

3.2 Saran

            Dari penelitian ini terdapat dua saran. Saran bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta referensi dalam penelitian sastra Indonesia. Bagi peneliti, diharapkan penelitian sejenis diperhatikan dengan alasan masih minimnya penelitian semacam ini. Peneliti disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan teori atau aspek yang berbeda.

 

Daftar Pustaka

Tjahjono, Tengsoe. 2011. Mendaki Gunung Puisi Ke Arah Kegiatan Puisi. Malang: Bayumedia Publishing.

Waridah, Ernawati. 2014.   Kumpulan Majas, Pantun, & Peribahasa Plus Kesusastraan Indonesia. Bandung: Ruang Kata.

Luxemburg Jan Van (dkk). 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku (Cerpen)

Rani, Manusia Ajaib yang Tidak Bisa Menangis (Cerpen)

Antologi Puisi (Bagian 5)