Dinamika Kepribadian “Gunarto” dalam Naskah Ayahku Pulang karya Usmar Ismail
Dinamika
Kepribadian “Gunarto” dalam Naskah Ayahku Pulang karya Usmar Ismail
Karya sastra diciptakan untuk
menyajikan apa yang baik dan buruk tentang kehidupan; ilustrasi kehidupan
sosial sebagai gambaran realitas yang ada, dan bisa juga tentang psikologi
manusia. Satu sisi yang wajib ada pada setiap penyajian karya sastra adalah
sisi psikologi manusia, atau dalam konteks ini yaitu sisi psikologi setiap
tokoh. Hal itu dibuktikan dengan dijadikannya ‘manusia’ dengan semua yang
dimilikinya sebagai subjek dan bumbu permasalahan dalam sebuah karya sastra.
Penelitian psikoanalisis atau
analisis psikologi kepribadian seseorang pernah dikaji oleh Sigmund Freud yang
membahas mengenai struktur kepribadian manusia. Struktur kepribadian manusia
menurut Sigmund Freud dibagi menjadi tiga bagian yakni Id, Ego, dan
Superego.
Berlandaskan teori kepribadian oleh
Sigmund Freud bahwasannya terdapat tiga jenis wilayah pada pikiran yang
mempengaruhi sebuah kepribadian atau psikologis seseorang: Id, Ego, dan
Superego. Hal-hal yang mempengaruhi Id, Ego, dan Superego dijelaskan oleh
Freud pada ranah Dinamika Kepribadian.
Dinamika
kepribadian adalah kondisi kepribadian yang dinamis yang disebabkan oleh
beberapa faktor. Freud mengusulkan adanya dinamika kepribadian karena keyakinan
bahwa setiap manusia memiliki motivasi untuk mendorongnya melakukan suatu
tindakan.
Dalam naskah drama berjudul Ayahku
Pulang karya Usmar Ismail terdapat beberapa tokoh yaitu Ibu, Raden Saleh,
Gunarto, Maimun, Mintarsih, dan Tina. Tokoh yang paling menonjol dari sisi
psikologi adalah Gunarto. Dikatakan paling menonjol sebab kuantitas dialog
Gunarto paling banyak daripada jumlah dialog tokoh lain. Selain itu andil yang
diberikan Gunarto pada kehidupan cerita cukup besar.
Gunarto diceritakan sebagai abang
(kakak laki-laki) dari dua adik perempuannya. Ia lahir dari keluarga yang bahagia
namun ketika ia berada di masa pencarian jati diri yang seharusnya penuh dengan
kasih sayang orangtua, pada realitasnya ia ditelantarkan oleh ayahnya atau
Raden Saleh. Dituliskan oleh Ismail bahwa saat malam takbir Ramadhan kala
Gunarto berumur 8 tahun, Raden Saleh meninggalkan rumahnya. Setelah itu Gunarto
belajar menjadi lelaki dewasa yang berusaha menafkahi ibu dan adik-adiknya
sebagai budak suruhan.
Dinamika
Kepribadian Gunarto
Dinamika kepribadian menurut Freud
terbagi menjadi tiga yaitu, insting, kecemasan, dan mekanisme pertahanan.
Dinamika kepribadian tersebut juga ada pada kepribadian Gunarto.
A. Insting
Freud
menjabarkan lebih rinci terkait insting. Insting menurut Freud dibagi menjadi
dua, insting hidup dan insting mati. Insting hidup (eros) merupakan insting
yang mendorong sebuah usaha (survival) dan reproduksi. Upaya yang mendorong
insting ini adalah rasa haus, lapar, dan seks. Kedua, insting mati
(destruktif). Insting mati juga disebut sebagai insting merusak. Aktivitas
konkret dari insting mati adalah menggigit, mengunyah (dalam konteks makan).
Dalam
dialog Gunarto terdapat insting hidup dalam kepribadiannya, dinyatakan sebagai
berikut:
Gunarto (sikapnya
dingin, namun keras)
Ibu seorang perempuan. Waktu aku kecil dulu, aku
pernah menangis di pangkuan Ibu karena lapar, dingin, dan penyakitan, … .
Insting
hidup Gunarto yang memberi ia motivasi kuat untuk survive, dinyatakan
dalam dialog berikut.
Gunarto (sikapnya
dingin, namun keras)
… Aku berteriak kepada dunia, aku tidak butuh
pertolongan orang lain… .
B.
Kecemasan
Kecemasan
(anxiety) merupakan fungsi ego untuk memperingatkan individu tersebut
tentang kemungkinan adanya bahaya yang dating sehingga nantinya individu
tersebut dapat memberi reaksi yang sesuai. Kecemasan dibedakan menjadi tiga,
kecemasan realistis yaitu kecemasan terhadap bahaya nyata (konkret), lalu
kecemasan neurotis yaitu kecemasan tentang hukuman dan figur yang bersifat khayalan. Ketiga, kecemasan moral,
yaitu kecemasan yang timbul dari kebimbangan kata hati dan bila terdapat
pelanggaran standar nilai.
Dalam
dialog Gunarto terdapat beberapa kecemasan
1.
Kecemasan
Realistis
GUNARTO (Kaget)
Aku kawin,Bu?? Belum bisa aku memikirkan kesenangan untuk diriku
sendiri sekarang ini, Bu. Sebelum saudara-saudaraku senang dan Ibu ikut
mengecap kebahagiaan atas jerih payahku nanti Bu.
Dalam dialog tersebut
tersirat makna implisit yakni Gunarto sebagai abang memiliki kecemasan terkait
masa depan adik-adiknya.
GUNARTO
Sudahlah Bu. Buat apa mengulang kaji lama?
Dalam
dialog tersebut tersirat sebuah kecemasan Gunarto akan keadaan lama yang
memiliki kemungkinan terulang kembali apabila sang Ibu terus membicarakan masa
lalu.
GUNARTO
Maimun kembali!
Dalam
dialog tersebut terdapat makna implisit yakni Gunarto memiliki kecemasan
apabila sang adik mengikuti ayahnya untuk pergi dari rumah.
2.
Kecemasan
Neurotis
GUNARTO
Ah, tidak mungkin dia ada disini....
Dalam dialog Gunarto tersebut
mengandung sebuah kecemasan apabila sosok Raden Saleh dating lagi dalam
kehidupannya. Ia cemas karena ia takut akan terjadi kegoncangan perasaan dalam
anggota keluarganya.
3.
Kecemasan
Moral
GUNARTO (memandang adiknya)
Janganlah kalian lihat aku sebagai terdakwa. Mengapa kalian
menyalahkan aku saja?
Dalam dialog tersebut mengandung
kecemasan bahwa Gunarto disalahkan oleh adik-adiknya sebab perbuatannya yang
kasar kepada ayahnya.
GUNARTO
Lalu Ayah? Bagaimana dengan Ayah? Dimana Ayah?
GUNARTO (berbicara sendiri
sambil memeggang pakaian dan kopiah ayahnya. Tampak menyesal)
Dari dua dialog
yang dilakukan oleh Gunarto, ia merasa cemas sebab merasa telah membunuh
ayahnya sendiri oleh karena kata-katanya. Membuat orang lain bunuh diri adalah
salah satu pelanggaran standar norma.
C.
Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) disebutkan Freud sebagai
strategi yang digunakan oleh individu untuk mengurangi kecemasan-kecemasan yang
menekan Id, Ego, dan Superego. Mekanisme pertahanan dibeda-bedakan menjadi
beberapa jenis yakni, Identifikasi (dengan cara meniru), Pemindahan
atau Reaksi Kompromi yaitu mengganti kepuasan. Kompromi dibagi menjadi
tiga, sublimasi (hasil kompromi lebih tinggi, dan dapat diterima), subtitusi
(kepuasan yang diperoleh mirip kepuasan khayal), dan kompensasi (karena gagal
mendapatkan kepuasan maka mengganti kepuasan yang lain. Selanjutnya adalah Represi,
represi merupakan kekuatan yang diperoleh untuk ego agar segala kecemasan dapat
hilang. Lalu Fiksasi dan Regresi yaitu pola pikir merasa aman dan puas
pada suatu titik tertentu. Kemudian Proyeksi yaitu pola pertahanan dengan
melemparkan kecemasan neurotis dan moral menjadi kecemasan realistis, dengan
kata lain dapat mengurangi rasa cemas dalam diri seseorang. Lalu Introyeksi,
introyeksi adalah mekanisme pertahanan yang menyatukan ego dengan faktor
eksternal sehingga meningkatkan nilai positif dalam dirinya. Mekanisme
pertahanan yang terakhir adalah Pembentukan Reaksi. Pembentukan reaksi yaitu
mekanisme dengan cara mengubah impuls kecemasan menjadi impuls yang menimbulkan
rasa tenang.
Dalam dialog Gunarto
hanya ada beberapa mekanisme pertahanan yang ia gunakan.
1.
Mekanisme
Identifikasi
GUNARTO (Diam Berfikir, Kemudian Kesal)
Semua ini adalah karena ulah Ayah! Hingga Mintarsih harus
menderita pula! Sejak kecil Mintarsih sudah merasakan pahit getirnya kehidupan.
Tapi kita harus mengatasi kesulitan ini,Bu! Harus! Ini kewajibanku sebagai
abangnya, aku harus lebih keras lagi berusaha!
GUNARTO (Kesal)
Ya! Tapi anaknya makan lumpur!
GUNARTO
Maimun! Kapan kau mempunyai seorang Ayah!
GUNARTO (bicara perlahan tapi pahit)
Kami tidak mempunyai Ayah, Bu. Kapan kami mempunyai seorang Ayah?
GUNARTO
Kami tidak mempunyai seorang Ayah kataku. Kalau kami mempunyai
Ayah, lalu apa perlunya kami membanting tulang selama ini?
GUNARTO
Maimun! Apa pernah kau menerima pertolongan dari orang tua seperti
ini? Aku pernah menerima tamparan dan tendangan juga pukulan dari dia dulu!
Tapi sebiji djarahpun, tak pernah aku menerima apa-apa dari dia!
Beberapa dialog
Gunarto tersebut termasuk dalam mekanisme pertahanan identifikasi sebab akar
Gunarto dapat mengatakan dan melakukan hal tersebut yaitu meniru tindakan
ayahnya yang semena-mena meninggalkan keluarga semasa kecilnya. Selain itu
upaya melalui verbal yang dilakukan oleh Gunarto termasuk upaya meredakan
ketegangan dalam dirinya.
2. Mekanisme Pertahanan Kompromi
GUNARTO
Apa salahnya, Bu? Mereka uangnya banyak!
GUNARTO (Coba Menghibur Ibu)
Tapi kalau bisa kedua-duanya sekaligus,Bu? Ada harta ada budi.
GUNARTO (marah, dengan cepat)
Jangan kau membela dia! Ingat, siapa yang membesarkan kau! Kau
lupa! Akulah yang membiayaimu selama ini dari penghasilanku sebagai kuli dan
kacung suruhan! Ayahmu yang sebenar-benarnya adalah aku!
GUNARTO
Kau ikut pula membela-bela dia! Sedangkan untuk kau, aku juga yang
bertindak menjadi Ayahmu selama ini! Baiklah, peliharalah orang itu jika memang
kalian cinta kepadanya! Mungkin kau tidak merasakan dulu pahit getirnya hidup
karena kita tidak punya seorang Ayah. Tapi sudahlah, demi kebahagiaan
saudara-saudaraku, jangan sampai menderita seperti aku ini.
Dialog-dialog di atas merupakan
mekanisme pertahanan jenis kompromi yang dilakukan oleh Gunarto. Dikatakan
sebagai mekanisme pertahanan kompromi karena dalam dialog-dialog tersebut
mengandung upaya menggantikan kepuasan yang belum digapai oleh Gunarto dengan
kepuasan yang lain.
Dari dinamika kepribadian Gunarto
yang telah dipaparkan, telah jelas bahwa setiap manusia memiliki dinamika dalam
kepribadian juga dalam kehidupannya. Dikatakan sebagai dinamika kepribadian
yang baik apabila individu dapat menyeimbangkan setiap wilayah pemikiran dalam
dirinya.
Margaretta, 20 Maret 2020.
DAFTAR PUSTAKA
KBBI
edisi V
Psikoanalisis Sigmund Freud
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar ilmu sastra :
(Teori sastra) untuk Sekolah Menengah Tingkat Atas. Surabaya : Usaha
Nasional.
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang:
UMM Press.
Suryabrata, Sumardi. 2012. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Feist, Jess and Gregory J. Feist. 2010. Teori
Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung:
Eresco.
Haryanti, Nofita Endah, and Ali Imron Al-Ma’rufM Hum. Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Drama Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMP (Kajian Psikologi Sastra). Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
Komentar
Posting Komentar