Inovasi Metode Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sistem Pendidikan di Indonesia


Pendidikan sebagai alat pencetakan sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peran penting dalam kehidupan. Di Indonesia, pentingnya pendidikan telah diatur dalam UUD pasal 28C ayat 1 dan 2, juga pada pasal 31 ayat 1 dan 2. Tanpa adanya pendidikan, manusia akan menjadi layu dan lemah dalam berpikir.

Kemajuan dan perubahan kehidupan masa ini yang serba cepat akhirnya menimbulkan suatu tantangan  sekaligus menjadi permasalahan baru yang harus segera dijawab dalam dunia pendidikan. Sistem pendidikan hendaknya menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari Guru. Maka dari itu, Guru memiliki peranan vital dalam memajukan pendidikan yang mengikuti zaman. Guru yang bertindak sebagai fasilitator harus bisa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk memaksimalkan dan menjangkau daya reseptif pada karakteristik peserta didik yang beragam. Selain itu, Guru juga dituntut untuk bisa memilih metode, strategi, dan model pembelajaran yang tepat sasaran.

Menurut Prof. Dr. Suyatno, M. Pd ada tiga level seorang pendidik: Guru biasa, Guru baik, dan Guru hebat. Diharapkan agar semua Guru di Indonesia melakukan perintisan agar berada di level Guru hebat, yaitu guru yang dapat melakukan inovasi. Menjadi Guru hebat memerlukan bekal. Bekal yang dimaksud yaitu etos, phatos, dan logos. Etos secara singkat berarti karakter dari seorang pendidik. Phatos yaitu cara penyampaian, dan logos yang berarti kemampuan berpikr yang bersifat logis dan realistis.

Menurut Profesor asal Universitas Harvard, kualitas pendidikan di Indonesia tertinggal 128 tahun dari sistem pendidikan negara maju. Sebagai usaha mengejar ketertinggalan sistem pendidikan ini, maka diperlukan suatu pembaharuan yang lebih dikenal sebagai inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan di sini mencakup beragam aspek, salah satunya adalah metode pengajaran. Di Indonesia masih banyak sekolah yang menerapkan metode konvensional atau ceramah dari pada eksplorasi kemampuan dan potensi peserta didik. Hal itu juga menjadi salah satu faktor penyebab ketertinggalan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan inovasi metode pengajaran ditambah bekal yang harus dimiliki oleh Guru, maka seorang Guru akan bisa menjadi Guru hebat yang mampu berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pengaplikasian konsep inovatif dalam metode pembelajaran adalah dengan menggabungan dua atau lebih metode yang ada sehingga meningkatkan tingkat keefektifan penyampaian materi.

Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam KD 3.16 (X)

            Inovasi yang dilakukan dalam konteks ini yaitu menggabungkan dua metode yang berbeda. Dua metode tersebut dileburkan hingga menjadi satu metode baru untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut.

            Ada banyak metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, namun dalam penginovasian metode untuk KD ini hanya menggunakan empat metode. Metode tersebut adalah quantum teaching yang dicetuskan oleh Boby DePoter, partisipatori, kolaboratif, dan kooperatif. Dari empat metode tersebut, metode kooperatif yang memiliki paling banyak tipe metode.

            Pada KD 3.16 pada kelas X (1 SMA) berbunyi “Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung  dalam antologi puisi yang diperdengarkan atau dibaca”. Indikator dari KD tersebut yaitu:

1. Menentukan suasana dalam puisi yang terdapat dalam sebuah antologi puisi yang dibaca atau didengar.

2.  Menentukan tema puisi yang terdapat dalam sebuah antologi puisi yang dibaca atau didengar.

3.  Menentuan makna puisi yang terdapat dalam sebuah antologi puisi yang dibaca atau didengar.

 

Ada dua alternatif inovasi metode yang dapat diterapkan dalam mencapai indikator KD 3.16.

1. Partisipatori dan Kooperatif (Think, Pair, and Share)

            Partisipatori merupakan metode dengan konsep yang menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh. Guru bertindak sebagai pemandu atau fasilitator, serta moderator dalam sebuah pembelajaran. Sedangkan kooperatif mengusung konsep sinergi peserta didik dalam sebuah kelompok. Metode kooperatif membagi tugas yang berbeda bagi tiap peserta didik.

            Dalam konteks ini, Guru dapat membuat model pembelajaran dengan metode partisipatori sebagai pembuka pelajaran kemudian dilanjutkan dengan metode kooperatif sebagai langkah penugasan. Model pembelajaran secara garis besar adalah sebagai berikut.

a. Guru telah menyiapkan skenario, sebuah instruksi bahwa peserta didik akan diminta untuk menentukan suasana, tema, dan makna dari antalogi puisi yang telah dibaca atau didengar.

            b. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.

            c. Guru memberi batas waktu pengerjaan.

d. Setiap kelompok saling menukarkan hasil diskusi sekaligus saling mengoreksi serta memberi catatan (masukan).

            e. Guru memberikan evaluasi pada hasil koreksi peserta didik.

f. Guru memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berpendapat serta refleksi.

            g. Guru memberi motivasi bagi peserta didik.

Kolaborasi dari dua metode tersebut nampak efektif untuk meningkatkan daya kreasi serta keaktifan peserta didik di kelas. Kedua metode tersebut tidak bersifat menggurui melainkan dapat mengukur sejauh mana pengetahuan peserta didik juga dapat membuat peserta didik bekerja sama dan menjalankan tutor sebaya. Kekurangan dari penggabungan dua metode tersebut yaitu, Guru memiliki banyak peran, termasuk menjadi penengah dan pemantau kemajuan setiap kelompok sehingga memungkinkan kurang ratanya jangkauan Guru untuk mengoreksi setiap hasil kerja kelompok.

2. Quantum Teaching dan Kolaboratif

Menggabungkan dua metode ini gampang-gampang susah. Diperlukan sedikit lebih banyak waktu untuk mengaplikasikan dua metode ini secara bersamaan. Quantum teaching merupakan metode yang mengutamakan percepatan belajar sedangkan kolaboratif merupakan metode yang menekankan pembangunan makna oleh peserta didik dari proses sosial yang bertumpu pada konteks belajar.

Secara garis besar, peleburan dua metode ini menjadi seperti berikut:

a. Guru memberikan motivasi terkait apa yang didapatkan setelah melakukan pembelajaran materi KD 3.16.

b. Guru memberi kesempatan pada setiap peserta didik untuk mengucapkan satu kalimat yang bermajas atau berdiksi indah.

c. Guru menjelaskan materi terkait suasana, tema, dan makna dalam puisi.

d. Setiap peserta didik diminta untuk menuliskan kata kunci dari materi yang telah disampaikan oleh Guru.

e. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.

f. Dalam kelompok, Guru meminta peserta didik untuk mengidentifikasi suasana, tema, dan makna dari sebuah antologi yang pernah didengar atau dibaca.

g. Dalam kelompok, setiap anggota mempresentasikan hasil kerjanya lalu mendiskusikan untuk memilih salah satu hasil kerja terbaik.

h. Guru meminta anggota dalam kelompok dibagi menjadi dua. Sebagian menjadi tuan rumah, yang memahami materi hasil diskusi dan sebagian lagi menjadi tamu pada kelompok lain untuk memberi komentar dan masukan bagi hasil kerja kelompok lain.

i. Guru memberi apresiasi dan evaluasi.

 

Penggabungan dua metode ini menimbulkan penyamarataan penguasaan materi, belajar menghargai pendapat orang lain, mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional, dan belajar untuk melakukan persaingan yang sehat. Dalam pelaksanaannya, diharapkan Guru memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik agar pelaksanaan pembelajaran di kelas bisa sesuai dengan model pembelajaran yang telah dirancang.

Masing-masing alternatif yang telah dipaparkan memiliki kelebihan dan kekurangan, namun keduanya memiliki satu tujuan yaitu agar setiap siswa mampu mencapai indikator. Penggabungan dua metode ini juga merupakan sarana rekreasi peserta didik di dalam kelas. Rekreasi di sini memiliki maksud agar terciptanya suasana kelas yang aktif namun tetap dalam ranah pembelajaran. Dalam peleburan dua atau lebih metode perlu diingat bahwa metode yang digunakan juga harus disesuaikan dengan kondisi kelas. Harapannya penerapan penggabungan metode ini dapat menjadi angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia dan dapat meningkatkan daya serap pelajaran oleh peserta didik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku (Cerpen)

Rani, Manusia Ajaib yang Tidak Bisa Menangis (Cerpen)

Antologi Puisi (Bagian 5)