SENYUM (Sebuah cerpen)

 



Setelah menyapu halaman rumah, seperti biasa Chiera melanjutkan aktivitasnya dengan menyiram kebun. Kebun yang berukuran 1,5x1,5 meter penuh dengan tanaman hijau. Ya, Chiera kurang suka menanam bunga, ia lebih suka tanaman hijau. Menurutnya jenis tanaman itu lebih segar bila dipandang. Alasan lainnya, Chiera kurang suka sesuatu yang merepotkan dirinya. Sehingga menanam tanaman hijau dan beberapa pohon cemara akan lebih mudah baginya dari pada tanaman berbunga warna-warni.

Ia mengulur selang kemudian membuka keran air. Airnya begitu segar. Tak lama pandangannya teralihkan karena ada sorot cahaya kuning yang mengenai tanamannya. Ia selalu ingat masa kecilnya. Berpinik di kebun halaman belakang bersama neneknya. Pohon-pohon yang tinggi selalu memiliki celah. Ketika celah tersebut diisi oleh sorot matahari, keindahannya berlipat ganda. Menurut Chiera, apa yang ditangkap matanya saat itu selalu membuat hatinya hangat.

Sorot cahaya itu mengalihkan perhatiannya menuju langit. Langit pukul 4 sore memang indah. Cahaya matahari yang tak menyengat di kulit, ditambah awan tipis dan langit biru bak lautan. Selalu indah dan menghangatkan. Kemudian ia menatap tanaman-tanamannya kembali yang bergerak turun akibat terkena debit air yang tinggi. Begitu segar. Begitu menenangkan.

Tiba-tiba saja otaknya sekilas membayangkan sesuatu. Begitulah kerja otak. Kadang Chiera juga heran, otak selalu bisa memberi kejutan-kejutan visual bagi dirinya. Kesegaran yang ia rasakan dari air dan tanaman memunculkan ingatan saat saat ia berpacaran di bangku sekolah. Ia ingat, ia dan kekasihnya berlarian di bawah hujan saat malam menjemput. Hari itu adalah hari ulang tahun sekolah. Acara yang paling ditunggu oleh seantero sekolah. Pasalnya, acara tersebut selalu ada konser yang menghadirkan artis nasional. Semua siswa diperbolehkan memakai pakaian bebas. Masih teringat jelas pakaian yang ia dan kekasihnya kenakan. Chiera mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah yang lengannya ditekuk setengah dan dimasukkan dalam celana jeans cutbray. Tak lupa mengenakan sabuk retro berwarna hitam dan sepatu senada. Sedangkan kekasihnya memakai kaos hitam dengan outer kotak-kotak berwarna biru gelap. Dipadukan dengan celana jeans dan sepatu New Balance biru kesayangannya.

Ia ingat seusai konser berlangsung, sekitar pukul 5 sore, langit di atas mereka berubah menjadi abu-abu. Seolah menyuruh orang-orang di bawahnya segera kembali ke rumah. Tapi itu bukan menjadi masalah bagi Chiera dan kekasihnya, Ferdinan. Mereka berdua malah pergi mengantre es teh plastikan. Seperti menantang ancaman si mendung. Setelah mengantre cukup lama, akhirnya mereka bisa menikmati dua kantong plastik  ½ kg yang diisi teh kental yang begitu manis, lengkap dengan es batu dan sedotan hijau dengan garis putih tipis. Mereka duduk di pinggir lapangan. Tak ada suara. Hanya ada suara hasil tegukan di kerongkongan. Beberapa saat kemudian terdengar “aaaaahh….” yang keluar dari mulut Ferdinan lalu disambut oleh sendawa. Kemudian mereka berdua menertawakan momen itu. Ferdinan telah menghabiskan es tehnya dalam sekejap, kemudian membuang wadahnya di tong sampah. Sedangkan Chiera masih setengah jalan. Sembari menghabiskan minumannya, ia merogoh sling bag mininya. Ia mengambil hp-nya kemudian membuka fitur kamera. Ferdinan yang tengah menyisir rambut dengan jarinya tiba-tiba terkejut karena flash yang menyilaukan matanya.

“Ngapain sih kamu? Kaget aku.” Kata Ferdinan sambil menjauhkan hp Chiera dari depan wajahnya.

Chiera malah menjawab gerutuan kekasihnya itu dengan cengiran tawa tanpa rasa bersalah kemudian menjawab “Aku pengen mengabadikan momen ini, yayaya? Untuk kenangan kita di masa tua. Ayo pose yang ganteng.”

Ferdinan menjawab “Apaan sih? Lebay ah. Kamu tuh keseringan upload foto kita di instagram.”

“Lah emang kenapa? Kan foto sama pacarnya. Bukan pacar orang lain” muka Chiera berubah menjadi seperti kucing kecil yang terlantar di pinggir jalan. Cara itu selalu ia lakukan untuk mengambil rasa iba dari kekasihnya.

Hadeh, iya iya. Sini-sini hp-nya. Biar aku yang pegang”.

Ia sangat ingat bagaimana perasaannya waktu itu. Melebihi arti kata senang dan bahagia. Saat melewati waktu berdua, ia tak ingat banyaknya tugas sekolah yang menunggu untuk dijamah. Perutnya begitu menggelikan karena kupu-kupu tak kasat mata memenuhinya.

Tak sampai di situ, ia juga teringat saat kakinya tak bisa berjalan. Saat itu, Chiera baru saja kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan lutut kanannya memerlukan lima jahitan untuk pulih. Dan kekasihnya dengan setia mengantar-jemput dirinya. Saat waktu pulang sekolah tiba, Chiera berdiri di dekat gerbang sekolah berwarna hijau tosca. Ia berdiam di sana sambil memegang tiang gerbang sebagai penguat agar dirinya mampu berdiri lebih lama lagi. Ia begitu sabar menunggu kekasihnya yang masih mengantre keluar dari area parkir sekolah.

Tin.. tin..

Suara klakson sepeda vario terdengar jelas dari kejauhan. Memberi aba-aba agar Chiera bersiap. Suara klakson biasa, tapi milik Ferdinan beda. Ada rasa bahagia ketika suara klakson milik Ferdinan mendekat. Lebih menyenangkan untuk didengar dari pada klakson vario lainnya. Tanpa helm, ia dibonceng. Tidak peduli panasnya mentari dan debu jalanan. Bahkan beberapa kali ia dan kekasihnya menerjang rintikan hujan. Semua itu dianggapnya kerikil kecil. Asalkan mereka sedang bersama, dunia serasa milik berdua, yang lain hanya ngontrak.

Sungguh indah bayangan kasmaran tersebut, hingga tak sadar air sudah meluap dari pot dan memenuhi kebun. Memang, membayangkan sesuatu yang indah membuat jarum berlari kencang.

Jam di dinding menunjukkan pukul setengah lima sore. Ia segera merapikan selang dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Ia bergegas mandi. Lalu mengenakan daster paling indah se-lemari. Setelah itu menyisir dan menjepit kecil bagian rambut di bagian luar. Tak lupa memakai parfum bibit favoritnya yang bernama one direction. Entah apa yang membuat penjual parfum menamainya demikian, mungkin ia fans berat dari one direction. Entahlah.

Setelah selesai bersolek, ia menuju kursi teras rumah. Menunggu sang kekasih tiba dari kerja. Kegiatan menunggu sang kekasih pulang kerja adalah pekerjaan tanpa upah yang paling ia senangi. Hal favorit Chiera saat menunggu sang kekasih pulang adalah melihatnya membuka jaket serta helm, dan menemukan tubuh juga rambutnya sedikit berkeringat. Mungkin memang sedikit bau masam yang tercium, tapi menurut Chiera itu adalah momen paling indah. Ia melihat sosok sang kekasih begitu tampan lebih dari waktu yang lain. Dan ia juga merasa di saat seperti itu, sang kekasih lebih terlihat gentle man.

Biasanya sang kekasih akan membunyikan klakson varionya yang sudah menua dari jauh. Iya, untuk memberi tanda pada istri tercintanya, bahwa ia telah dekat dengan rumah. Kemudian sang istri akan sigap membuka pintu gerbang, membiarkan sang kekasih memarkirkan sepedanya di sebelah kebun. Lalu kekasihnya akan mengambil plastik berisi lauk. Memang begitu kesepakatan pernikahan mereka. Masak hanya di pagi hari, sekalipun sore masak, sang kekasih hanya memperbolehkan Chiera masak sayur dan nasi. Menurut sang kekasih, akan lupa waktu nanti Chiera bila diizinkan memasak penuh pada sore hari. Sedangkan sang kekasih yang begitu manja selalu bahagia tiap melihat sang istri duduk dengan cantik di teras rumah menunggunya pulang.

Tin.. Tin..

Pintu belum terbuka.

Tin.. tin..

Saat kedua kalinya klakson berbunyi..

“Sayang, sebentar” Chiera berlari ke gerbang.

Sang kekasih hanya tersenyum lembut menunggu istri cantiknya membukakannya pintu. Senyum sang kekasih adalah senyum favorit Chiera. Senyum kecil yang begitu syahdu. Senyum itu selalu mampu menenangkan Chiera di saat-saat terburuk.

Tak lama setelah Chiera membuka pintu gerbang, sang kekasih meletakkan motornya di tempat biasa. Persis di sebelah kebun, dan memasang kain yang sudah lusuh sebagai alas jagang sepedanya.

“Mas, maafin aku.” Kata Chiera sambil menunjukkan muka kucing terantarnya.

“Kenapa sayang?”

“Aku tadi kebablasan bengong, sampai ngga sadar mas uda bunyiin klakson di depan.”

“Nggak apa, sayang.” Jawab sang kekasih dengan tenang.

Lalu sang kekasih mengambil plastik lauk dari pengait di bagian depan sepedanya. Sore ini ia membawa pulang lauk bebek Cabang Purnama. Yang tentu saja bukan orisinil. Bahkan sampai saat ini mereka berdua belum menemukan bebek purnama yang asli. Aromanya begitu semerbak. Memenuhi rongga hidung keduanya.

“Sayang, tebak aku beli lauk apa?”

“Apa ya? Hmm?” jawab Chiera sambil berpura-pura menebak.

“Bebek bagian paha kesukaan kamu” jawab sang kekasih begitu semangat sambil menyentuh gemas hidung sang istri.

“Hahaha iya mas, aku tau” jawab Chiera sambil menjulurkan lidah. “Aku tadi pura-pura nggak tau aja biar mas Ferdinan seneng.”

Sang kekasih tidak menjawab. Dia langsung merangkul istrinya dan berjalan ke dalam rumah sambil menghela nafas besar.

Sesampainya di dapur, Chiera segera menyiapkan piring dan nasi untuk mereka berdua. Sembari menunggu sang kekasih mandi dan berganti baju, Chiera juga menyiapkan meja makan dan membuka lauk-pauk yang dibawa oleh sang kekasih.

Setelah selesai mandi, sang kekasih beranjak menuju dapur. Menemukan sang istri mengambilkan nasi pada piring bagiannya. Kemudian ada yang janggal di pandangan sang kekasih dan ia bertanya,

“Sayang itu apa?” sang kekasih melontarkan pertanyaan sambil mengernyitkan dahi.

“Apa mas?” Chiera bertanya balik.

“Itu di cobek.”

“Ooh, sambal terong, mas, kesukaanmu. Tadi aku gorengnya agak kelamaan. Sedikit. Makanya agak gosong gitu. Tapi tetep enak kok, mas.”

Bukannya lega mendengar jawaban sang istri. Sang kekasih semakin mengernyitkan dahinya.

“Sayang..”

“Iya mas?”

“Aku nggak pernah suka makan sambal terong, lho.”

“Heyyyy, Ferdinanta Rafael sayang. Jangan sok jaga image, deh. Aku tau kamu paling suka sama sambal terong. Padahal biasanya kalau makan lalapan paling nggak bisa kalau nggak makan sambal terong. Iya tau, agak gosong memang. Tapi tetap enak kok. Kan aku bikinnya pakai cinta tulus buat kamu, Ferdinan sayang. Udah ah, ayo sini makan.”

Carlos tidak segera menuju ke kursi makan. Namun ia berjalan cepat menuju Chiera dan memeluknya. Chiera memukul kekasihnya, Carlos. Kemudian Chiera menangis di dalam pelukan Carlos.

Carlos Ferdinanda. Biasanya dipanggil Carlos, tapi setelah tragedi kecelakaan adiknya, beberapa teman dekatnya memanggilnya Ferdinan. Carlos merupakan suami sah Chiera selama setahun belakangan ini, juga merupakan saudara kembar identik dari Ferdinanda Rafael. Lahir selang 25 detik membuat Carlos mendapat predikat sebagai kakak.

Tiga bulan sebelum pernikahan Chiera dan Ferdinan terjadi tragedi kecelakaan yang hampir merenggut nyawa keduanya. Peristiwa tersebut berawal di hari Sabtu pagi yang indah nan cerah. Ferdinan dan Chiera akan melakukan fitting gaun dan jas untuk hari pernikahannya. Tak hanya mereka berdua, namun keluarga inti dari kedua keluarga juga ikut. Saat itu Carlos telah menawarkan mobilnya tapi Ferdinan menolak. Katanya, lebih seru naik sepeda. Akhirnya berangkatlah Ferdinan dan Chiera lebih dahulu. Namun ketika berada di lampu merah di dekat rumahnya, keduanya terkena musibah tabrak lari oleh mobil Pajero Sport berwarna hitam. Nasib naas menimpa Ferdinan. Ia meninggal di tempat dengan kondisi tubuk remuk. Sedangkan nasib baik masih berpihak pada Chiera. Ia terlempar ke seberang jalan. Bagian kepalanya mengeluarkan aliran darah namun ia masih selamat. Sayangnya, ia divonis amnesia oleh dokter. Sehingga ia kehilangan sebagian memori terkait orang-orang terdekatnya. Dan kemampuan mengingatnya terbatas secara parsial.

Beberapa minggu setelah Chiera pulih, kedua keluarga melakukan perundingan dan Chiera secara sadar telah setuju bahwa ia akan menikah dengan Carlos, kakak dari Ferdinan. Ia tahu bahwa mereka orang yang berbeda. Namun setiap Chiera menatap mata Carlos lekat-lekat ia melihat ketenangan Ferdinan di sana. Namun tak jarang Chiera kehilangan kendali akan bagian memori di otaknya.

Setelah beberapa saat, emosi Chiera kembali stabil. Carlos, suaminya, memeluknya lebih erat lagi. Dan ia berkata “Nggak papa, sayang. Semua orang kehilangan dia. Ada aku di sini selalu buat kamu. Nggak papa.” sambil mengusap rambut Chiera lembut.


18 September 2020

Margaretta Puspa Dewi

Komentar

  1. Betting Sites with Best Bonuses 2021
    How to Claim Free Bets at Bet365 Casino 사설토토 — Bet365 is a UK-facing betting brand with a large number 전주 출장마사지 of UK customers. However, 나주 출장안마 there 광주 출장샵 is 청주 출장샵 a growing number of

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku (Cerpen)

Rani, Manusia Ajaib yang Tidak Bisa Menangis (Cerpen)

Antologi Puisi (Bagian 5)